Latar belakang
Dalam rangka menggali cerita tentang sejarah “Sunan Sela Cau” dan atas terdorongnya keinginan luhur untuk mengungkapkan situ-situs sunan sela cau. Untuk memperluas pengembangan pembangunan yang ada di Wilayah Tasikmalaya bagian Selatan khususnya, dan pengembangan pariwisata dan pengembangan wilayah untuk kesejahteraan masyarakat di era etonomi daerah kecamatan Parungpoteng dalam penggalian subsektor pariwisata, selain itu pula untuk menggali yang dianggap sejarah dimasa lampau sehingga, tidak ketinggalan bagi pewaris generasi muda untuk mengetahui perjalanan dan perjuangan “Sunan Sela Cau”
Maksud dan tujuan
Untuk menambah pengetahuan dalam bidang terungkapnya keberadaan “Sunan Sela Cau” sehingga diharapkan baik perjuangan maupun perjalanan dan peninggalan terungkapnya, sehingga ada manfaatnya baik untuk keturunan maupun generasi berikutnya.
ASAL MULA PB CIMUKEYE CIBUNGUR
Menurut nara sumber yang dapat dipercaya, asal mula PB (CIMUKEYE) diambil dari kata “Pengecut Bungur”, asal mula Pengecut Bungur yaitu : bahwa di zaman dulu kala, orang-orang yang perjalanan selalu singgah atau istirahat dibawah pohon bungur yang di atas bukit yang sekarang ini letaknya dipertigaan jalan yang ada di pencut bungur tersebut. Sehingga semua orang-orang dahulu yang singgah disana sepakat untuk memberi nama terhadap tempat itu menjadi Pencut Bungur (PB). Sedangkan asal mula cimukeye yaitu: satu-satunya tempat yang ada sumber air di daerah itu untuk kebutuhan orang-orang yang singgah atau istirahat baik manusia atau hewan, diantaranya hewan peliharaan seperti Sapi, Kerbau, dan hewan lainnya.
Menurut cerita di tempat itu, dulunya pernah dijadikan tempat persinggahan raja padjajaran sebelum memnusatkan istana kerajaan di pakuan bogor, setelah adanya perpecahan kerajaan galuh yang waktu pusat pemerintahannya di Wilayah Ciamis. Itulah cerita asal mula nama P.B CIMUKEYE.
Perjalanan Sunan Sela Cau Dari Mataram Ke Baghdad
Menurut nara sumber, salah satu pangeran dari mataram yang dikenal dengan nama”Embah Gulung Sakti” , diutus ke Baghdad, utuk berguru pada “Syekh Ahmad Hirowwi”, punya anak laki-laki yang sama-sama menimbailmu dengan utusan dari mataram tersebut, dipesantren yang dipimpinnya, Syekh Ahmad Hirowwi mendengarkan kabar bahwa di tanah jawa adalah pudatagama hindu akan tetapi disisi lain Syekh Ahmad Hirowwi, mendengarkan kabar lagi dari tanah jawa, bahwa di tanah jawa banyak pedagang-pedagang keturunan arab yang berdagang di tanah jawa tersebut dengar menyebarluaskan agama islam, yang pada intinya penyebaran Agama Islam di tanah jawa, sudah menyebarluas. Syekh Ahmad Hirowwi merasa bersyukur ketika “Syekh Datul Kahpi” menetap di jawa yang nama aslinya “Syek Idlofi Mahdi” tepatnya pada taun 1420 M. ternyata Syekh Idlofi Mahdi, masih keturunan Baghdad juga, termasuk kerabat beliau yang memilih menetap di tanah jawa yang tepatnya di”Kp.Celanang Gunung Jati. Wilayah gunng jati tersebut adalah wilayang bawahan Singapura dibawah kekuasaan Padjadjaran. Yang sekarang ini menjadi kota Cirebon. Disisi bangga dan rasa syukur Syekh Ahmad Hirowwi mengutus muridnya yang bernama embah Gulung Sakti untuk menimba ilmu kekuala. berpesan “setelah selesai berguru agar langsung ketanah jaea untuk mebantu penyebarluasan Agama Islam. Embah Gulung Sakti setelah mendapat restu, maka berangkatlah kekuala dan menetaplah di sana. Dengan pesatnya pengembangan Si’ar Agama islam di tanah jawa telah sampailah informasinyake Syekh Ahmad Hirowwi, terlebih lagi setelah putra dan putri padjadjaran yaitu: RADEN WALANG SUNGSANG dan RADEN RATU RARANG SANTANG serta RADEN PANAMA RASAS yang bergelar “PRABU SILIWANGI” dan “ NYI MAS SUMBANG LARANG” berguru dan menjadi murid Syekh Idlo Mahdi. Pada waktu itu usia beliau sangatlah muda, disbanding dengan Syekh Idlofi Mahdi. Dengan informasi itu hati Syekh Ahmad Hirowwi sangatlah bahagia.
Dengan diketahui istri Syekh Ahmad Hirowwi, dalam waktu yang lama sekitar tahun 1450 M, beliau dikaruniai 5 anak laki-laki dalam kurun waktu 50 tahun. Pada waktu itu putra-putranya sangat rajin dalam memperdalam Agama Islam, setiap kiayi atau Syekh-syekh yang ada di Baghdad di gurui sama putranya, sehingga pada waktu itu Syekh Ahmad Hirowwi usianya sudah sangat tua.
Pada taun 1510 M beliau menyuruh ke 5 putranya itu, untuk berangkat ketanah jawa dengan diberi amanat untuk memperluas Syi’ar agama islam.
Dalam waktu 35 tahun mereka berkeliling di tanah nusantara termasuk pulau jawa. Dan mereka dalam menjalankan amanat tersebut, setelah selesai tugasnya mereka selalu berguru dimanapun berada, termasuk kepada wali-wali yang 9 (Wali Songo). Sekitar tahun 1522 M. sampailah ke Cirebon yang masa itu kepemimpinannya dipimpin oleh Sunan Gunung Jati, setelah ketemu dengan sunan gunung jati ke lima putra Syekh Ahmad Hirowwi membicarakan suatu hal yang sangat rahasia dengan sunan gunung jati, setelah selesai pembicaraannya dengan Sunan Gunung Jati, kelima putra Syekh Ahmad Hirowwi diutus oleh sunan gunung jati untuk berangkat ke padjadjaran sebagai pasukan inti dengan misi memperluas agama islam dengan merengkut rakyat Padjadjaran agar masuk Agama Islam, dan dijadikannya oleh kelima Syekh ahmad hirowwi tersebut dalam mempersempit ruang gerak raja padjadjaran itu, dan mencari kelemahan Prabu Siliwangi atau Raja Padjadjaran yang pada waktu itu sudah diganti dengan “Raja Kanjeng Prabu Surawisesa”.
Pada waktu itu Sunan Gunung Jati bersama Wali Songo yang lain di antaranya:
- R.Makdum
- R.Rahmat
- R.Maulana Malik Ibrahim
- R.Saripudin
- R.Sarip Hidayatullah
- R.Ainul yakin
- R.Umar Sahid
- R.Assahid
- R.Syekh Jafar Sidik
Para wali sembilan ini sepakat memberi gelar kepada para putra Syekh ahmad hirowwi itu yang berjulukan “Pandawa Lima”. Yang asal mula namanya it dirahasiakan. Nama-nama Pandawa Lima itu diantaranya:
- Raden Patra Kusumah
- Raden Arsa Bangsa
- Raden Sata Taruna
- Raden Patih Dipa Manggala
- Pangeran Bungsu Damiyani
Pandawa Lima ini di tugaskan agar merekut orang-orang padjadjaran agar bisa ditaklukan dan masuk agama islam. Dengan perjuangan yang sangat ulet dan tekun, maka pandawa lima ini dibantu oleh wali songo dan murid-murid pilihan lainnya dalam Agresi rahasia ini. Dalam kurun waktu yang panjangnya sekitar 27 tahun dan perjuangannya itu sangat berhasih, hampir semua keturunan Raja Padjadjaran termasuk dari keluarga putra dan putri raja banyak yang masuk Islam.
Pada taun 1549M/969H, Wali Songo beserta Pandawa Lima ini dan anggota-anggota yang sudah sepenanggungan ini sepakat mendirikan sebuah organisasi yang dinamakan ”Sela Cau” kenapa organisasi itu dinamakan Sela Cau?, karena Pandawa Lima yang anggotanya mempunyani lima yang sangat tinggi, dan Sela Cau di ambil dari ujukan-uukan musuhnya, yaitu ketika pandawa lima dan anggotanya terseret atau terdesak oleh musuh mereka selalu berlinding di kerumunan atau pohon cau sehingga musuh tidak melihat dan, sesuai dengan wilayah tanah pasundan, dari mula dulu sampai sekarang tanah pasundan dipenuhi oleh kebun cau yang ada dimana-mana, dari mulai tanaman rakyat yang pada kebanyakan rakyat itu menanam cau. Kata cau adalah: kata yang diambildari bahasa ”Sunda ” yang berarti ”Pohon Pisang” . dan akhirnya mereka diberi gelar ”Sunan Sela Cau”. Maka gelar sunan sela cau itu abadi, sampai sekarang banyak tokoh atau kiayi yang bertawasul kepada ”Sunan Sela Cau” makanya dalam setiap kejahatan da tasakuran orang-orang selalu menghormatinya atau mendoakan atas jasa-jasanya dan mengharapkan Sari’at, kehormatan atau maunat dari bertawasul kepada ”Sunan Sela Cau” tersebut, yang sangat terkenal kesaktiannya dan tagihannya dalam memperjuangkan syiar agama islam ini.
Perjaungan sunan sela cau yaitu: menbangun pemerintah sementara dibawah pimpinan sultan Cirebon, yang pada waktu itu sudah dipimpin oleh “Sultan Pangeran Pasarean” yang didampingi senopati patahilah, atau yang bergelar kibagus pasai. Itu setelah berakhirnya Agresi Militer atau serangan ke galuh. Wafatnya Raden Ariya Kiban dan Raden Cakra Ningkrat (Raja Galuh) atas perintah Sultan Cirebon, pemerintahan di Galuh di perluas lagi sampai Tasikmalaya , Garut dan Sumedang, dalam memperluas jaringan pemerintah.
Pemerintah yang dimotori (Di Pimpin) oleh Sunan Sela Cau telah sampai penyebaran atau perluasannya sampai kepamijahan tasikmalaya. Daengan hasil kesepakatan Sunan Sela Cau menetaplah di wilayah Sunan Sela Cau yang berada disebelah selatan kabupaten tasik malaya yaitu:
- Kecamatan Parung Ponteng
- Kecamatan Sodinghilir dan,
- Kecamatan Bantar Kalong
dan Sunan Sela Cau menetaplah di wilayah itu terutama di wilayah pamijahan adalah bekas salah satu kediaman Sultan Aulia Allah yaitu:”Syekh Abdul Qodir Djaelani”. Setelah lama menetap di wilayah sela cau dengan perjuangan yang sangat panjang, maka terkenallah Sunan Sela Cau itu sampai ke pelosok Nusantara . termasuk Mataram dan sekitarnya.
Maka selama itu sunan sela cau sudah ada pada priode atau jaman kejayaan wali songo, sebelum datangnya syekh abdul Muhyi ke pamijahan. Datangnya Syekh Abdul Muhyi ke pamijahan karena dapat utusan untuk membangun wilayah istimewa pamijahan. Karena adanya keberhasilan pasukan rahasia yang dipimpin oleh ”Raden Patra Kusumah”, dalam memperluas agama islam termasuk mempersempit kekuasaan padjadjaran karena pada waktu itu kerajaan Padjdadjaran beragamakan hindu setelah syekh h. Abdul Muhyi ke pamijahan dengan berbagai macam rintangan, menurut cerita ketika itu datanglah seorang kakek-kakek bertamu ke pamijhan yaiut : Raden Patakusuma dan kebetulan pada waktu itu Syekh H. Abdul Muhyi berada di masjidil harom mekah lagi salat dekat ka’bah tepatnya batu hajar aswad karena kesaktiannya beliau tahu bahwa di rumah pamijahan ada tamu yaitu: pemimpin Sunan Sela Cau, dalam benaknya Syekh Abdul Muhyi ingin menguji dan mencoba kesaktiannya raden patra kusuma itu, dan syekh abdul muhyi pulang kerumahnya pamijahan setelah sampai dirumahnya Syekh Abdul Muhyi beramah tamah atau menemui raden patra kusuma itu. Setelah lama bersenda gurau dengan Reden Patra Kusuma Syekh Abdul Muhyi berbicara ”maaf sebelum meneruskan obrolan saya ketinggalan tasbih di ka’bah mau di ambil dulu” itu kata syekh abdul muhyi kepada raden patra kusuma sudah tau bahwa, syekh abdul muhyi mau menguji dirinya. Dengan sikap ramah beliau menawarkan jasa kepada Syekh H. Abdul Muhyi dengan sikap yang ramah raden patra kusuma berkata sambil duduk bersila dan tidak merubah anggota badannya ”biar akan saya ambilkan” selesai beliau berbicara ternyata tasbih yang ditinggalkan syekh Abdul muhyi itu sudah ada di depannya, maka pada waktu itu Syekh H Abdul Muhyi berkata ”maha suci allah ternyata benar-benar raden patra kusuma itu adalah orang yang Saktimantraguna”.
Pada waktu itu Syekh Abdul Muhyi sangat muda dibanding dengan raden patra kusuma yang usianya suadah lanjut (senja). Dalam kiprah kejayaan organisasi sela cau itu ! diresmikan organisasi itu pada tahun 969 H, bertepatan dengan tahun 1589 M. Kesimpulan kejayaan organisasi sunan sela cau 40 tahun. Menurut cerita usia orang-orang sunan sela cau mencapai rata-rata diatas 200 tahun.
Batas-batas sunan sela cau
Pusat utama
Puasat utama sela cau yaitu:
- Setengah Kecamatan Parungponteng
- Setengah Kecamatan Sodonghilir
- Setengah Kecamatan Bantarkalong
Dan untuk batas-batas sela cau sampai sekarang ini tidak ada orang yang tau itu di rahasiakan. Pimpinan sela cau membagi tugas kekuasaan pengelolaan wilayahnya sesuai asal mula pandawa lima maja dibagi 4 wilayah yaitu:
- Timur dari Pusat Sampai Ujung Timur
- Barat dari Pusat sampai Ujung Barat
- Selatan dari Pusat sampai Ujung Selatan
- Utara dari Pusat sampai Ujung Utara
Yang satunya lagi adalah Pimpinan pusat. Itulah sebagai keterangan pandawa lima yang diyakini dari cerita keturunan Sunan Sela Cau
Wasiat Sunan Sela Cau
- Tututlah ilmu dimanapun berada
- Selalu bergotong royong dalam setiap urusan
- Pegang agama islam dan sari’atnya
- Harus meneruskan perjaungan yang di tinggalkan untuk kemakmuran
- Silih asah, silih asuh, silih asih pikaheman jeung papada jalma
- Membangun pemerintah dan menbuka lahan pertanian dan pertambangan wilayah sela cau.
- Menata pemerintah galuh ciiamis dan tasikmalaya, dan menetapkan raden semplak wajah di galunggung atau yang terrenal “Galuh Agung”
- Membangun pemerintah baru dan mengangkat adi pati pertama di wilayah huni dan sekitarnya yang menurunkan keturunan Sukapara Ngadaun Ngora
- Membangun pusat pemerintah di Talag Sumedang setelah Raden Arya Salingsingan di bawa ke Cirebon karena beragamakan Budha.
- Membangun pusat pemerintah bupati dan adiptai di Betawi setelah pengusiran portugi masa Raja Padjadjaran Prabu Surawisesa, dan pada akhirnya tanah Pasundan di dominasi agama Islam setelah Prabu Surawisesa dan Organisasi Sela Cau mengadakan kesepakatan di Bogor Batu Tulis, maka Prabu Surawisesa memperluas agama hindunya ke tanah “Kute Bali” karena secara politik ditanah tatar Pasundan Sudah Terdesak oleh Agresi Sunan Gunung Jati yang termasuk Anggota Sunan Sela Cau. Pasukan inti yang Sangat dirahasiakan itu sampai Semarang ini banyak kalangan yang menyembunyikannya karena dulunya pasukan yang Sangat Rahasia.
- Pohon Pisang Geulis
- Terong
- Cabe
Banyak versi atau cerita mistik, simbul-simbil tersebut menurut keberadaannya.
Situs-Situs Sela Cau- Situs-Situs Sela Cau diantaranya:
- Gua Rangga Gading yang berada di desa Cigunung Kecamatan Parungponteng.
- Gua Karaton Yang berada di dalam Gunung Karang Lenang Desa Cigunung Kecamatan Parungponteng
- Kursi Dewan musyawarah yang berada di Gunung Cipalinter
- Batu Goong yang berada di Gunung Goong Angsana
- Batu Benne yang berada di Gunung Citalahab
Dan masih banyak situs-situs yang masih belum diketahui dan belum ditemukan. Anggota dan stap Organisasi Sela Cau yang dipimpin Raaden Patrakusuma. Yaitu diantaranya:
- Syekh Bagus Nalar.
- Syekh H. Langlang Buana
- Dalem Dipa Sahara
- Dalem Dipa Sajaya
- Nini Anti
- Dalem Patranaya
- SyekhBatalion
- Embah Jangkung
- Eyang Majapahit
10. Dalem Surodiningrat
11. Dalem Jaga Alas
12. Dalem Jaga Komala
13. wiharta
14. kiayi Suradinata
15. kiayi Wiharja
16. kiayi Sumarta
17. kiayi Sukma Atmaja
18. kiayi Wiharma
19. Eyang Patraludin
20. Eyang Parhuroji
21. Wira Santika
22. Nini Matuh
23. Kiayi Saripudin
24. Sembah Kiayi
25. R.Santri
26. Sembah Warga
27. Siti Masmirah
28. Kangjeng Sembah Jangkung
29. Eyang Dira
30. Eyang Suradinata
31. Eyang Ali Muhiam
32. Eyang Sukmawijaya
33. Eyang Saepudin
34. Eyang Nadirana
35. Eyang Raksawijaya Kusuma
36. Eyang Alhavi
37. Eyang Bakri
38. Eyang Suhanta
39. Eyang Muhammad Umar
40. R.Wiraharji Kusuma /S.Wali
41. Kangjeng Mastakim
42. Embah Dipa Wancana
43. Embah Kopral
44. Dalem Pathu
45. Syekh Aliyudin
46. Syekh Syarif Hidayatullah
47. Embah Cai
48. Eyang Su’eb
49. R.Wikalpa
50. R.Wangsadirjo
51. Sastra Buda
52. Eyang Wangsa
53. Eyang Sudomo
54. Eyang Wijaya
55. Eyang Sugira
56. Eyang Subroto
57. Eyang Sukanto
58. Dewi Siti Kasturi
59. Eyang Utun
60. Sembah Nursid
61. Sembah Nursid
62. Eyang Bagus Husen
63. Eyang Bagus Kawasen
64. Kiayi Wastapajaya
65. Eyang Jaring Cakraniti
66. Eyang Jawa
67. Raden Rangga Wulung
68. Siti Dewi Kasturi
69. Raden Rangga Gading
70. Sembah Ibu
71. Darma Wangsa
72. Sembah Panganten
73. Eyang Astapawadi
74. Eyang Arsa Bangsa
75. Eyang Angsadisuta
76. Eyang Sura Diwangsia
77. Eyang Syekh Wahyudin
78. Raden kusumah
79. Raden Ratna Pangeling
80. R.Mas Kusumah
81. R.Mas Kususmah
82. Bagus Kalintu
83. Saca Kiria
84. Syekh Bagus Barid
85. Eyang Mantri Dilaya
86. Danu Wangsa
87. Embah Datar Ranca Bungur
88. Abdul Pangeling-ngeling
89. Syekh Sata Taruna
90. Syekh Ulun
Keterangan mengenai larangan atau yang lebih dikenal hari naan (apes) yang bertepatan pada hari sabtu. Menurut cerita turun temurun bahwa pada jaman kejayaan organisasi sunan sela cau mereka mengadakan pertempuran dalam satu minggu ada dua hari yaitu: malam sabtu dan hari yang satunya lagi dirahasiakan sampai sekarang, dan pada sabtu siangnya digunakan untuk pertemuan pengajian-pengajian khusus urusan agam islam, sebagian besar ahli sunan sela cau menjalankan torekah yang berbeda0beda dalam amaliah pengamalan dan pelaksanaan ibadahnya diantaranya: Torikot Naksabandiyah,
Torikot kodariah, dan tijaniah,dan ada juga yang melaksanakan Torikot Satariah. Tapi dengan adanya perbedaan dalam pengamalan maka beliau selalu mengkoordinasikan silih asah dan silih asuh pikaheman dan saling mengisi kekosongan masing-masing, dalam amaliah ada yang memperbanyak sholawat ada yang memperbanyak pembacaan al ikhlas, ada yang memperbanyak tasbih,tahlil dan tahmid, dan ada juga memperbanyak dzikir dan pengamalan lainnya. Dengan adanya prbedaan itu dijadikan pangkalan kekayaan dan sumber amaliah masing-masing. Dan pada hari selasa di khususkan dengan kemajuan dan pembenahan organisasi agar semakin maju dan tetap di isi dengan kegiatan keagamaan tetapi tidak banyak dengan pengamalan yang dilaksanakan pada malam sabtu danhari sabtu. Maka dengan tidak adanya hari, sabtu itu sebagai pengunjung yang datang dari Ciamis, Sumedang, Garut dan sekitarnya mengatakan karena hari sabtu dan selasa yang akan dikunjungitidak ada, oleh karena itu maka keluarlah pribahasa pada hari itu hari naas (Apes) untuk berangkat ke sela cau. Tetapi hari selasa itu oleh mereka tidak terlalu dianggap hari naas (apes) karena tidak semua anggota sela cau pergi kecuali malam dan hari sabtu. Maka yang dikenal masyarakat hari naan (Apes) yaitu hari sabtu. Begitulah asal mula hari larangan sela cau, padahal pada dasarnya tidak ada hari yang naas (apes). Begitulah ceritanya.
Situs-Situs Sela Cau- Situs-Situs Sela Cau diantaranya:
- Gua Rangga Gading yang berada di desa Cigunung Kecamatan Parungponteng.
- Gua Karaton Yang berada di dalam Gunung Karang Lenang Desa Cigunung Kecamatan Parungponteng
- Kursi Dewan musyawarah yang berada di Gunung Cipalinter
- Batu Goong yang berada di Gunung Goong Angsana
- Batu Benne yang berada di Gunung Citalahab
Dan masih banyak situs-situs yang masih belum diketahui dan belum ditemukan. Anggota dan stap Organisasi Sela Cau yang dipimpin Raaden Patrakusuma. Yaitu diantaranya:
- Syekh Bagus Nalar.
- Syekh H. Langlang Buana
- Dalem Dipa Sahara
- Dalem Dipa Sajaya
- Nini Anti
- Dalem Patranaya
- SyekhBatalion
- Embah Jangkung
- Eyang Majapahit
10. Dalem Surodiningrat
11. Dalem Jaga Alas
12. Dalem Jaga Komala
13. wiharta
14. kiayi Suradinata
15. kiayi Wiharja
16. kiayi Sumarta
17. kiayi Sukma Atmaja
18. kiayi Wiharma
19. Eyang Patraludin
20. Eyang Parhuroji
21. Wira Santika
22. Nini Matuh
23. Kiayi Saripudin
24. Sembah Kiayi
25. R.Santri
26. Sembah Warga
27. Siti Masmirah
28. Kangjeng Sembah Jangkung
29. Eyang Dira
30. Eyang Suradinata
31. Eyang Ali Muhiam
32. Eyang Sukmawijaya
33. Eyang Saepudin
34. Eyang Nadirana
35. Eyang Raksawijaya Kusuma
36. Eyang Alhavi
37. Eyang Bakri
38. Eyang Suhanta
39. Eyang Muhammad Umar
40. R.Wiraharji Kusuma /S.Wali
41. Kangjeng Mastakim
42. Embah Dipa Wancana
43. Embah Kopral
44. Dalem Pathu
45. Syekh Aliyudin
46. Syekh Syarif Hidayatullah
47. Embah Cai
48. Eyang Su’eb
49. R.Wikalpa
50. R.Wangsadirjo
51. Sastra Buda
52. Eyang Wangsa
53. Eyang Sudomo
54. Eyang Wijaya
55. Eyang Sugira
56. Eyang Subroto
57. Eyang Sukanto
58. Dewi Siti Kasturi
59. Eyang Utun
60. Sembah Nursid
61. Sembah Nursid
62. Eyang Bagus Husen
63. Eyang Bagus Kawasen
64. Kiayi Wastapajaya
65. Eyang Jaring Cakraniti
66. Eyang Jawa
67. Raden Rangga Wulung
68. Siti Dewi Kasturi
69. Raden Rangga Gading
70. Sembah Ibu
71. Darma Wangsa
72. Sembah Panganten
73. Eyang Astapawadi
74. Eyang Arsa Bangsa
75. Eyang Angsadisuta
76. Eyang Sura Diwangsia
77. Eyang Syekh Wahyudin
78. Raden kusumah
79. Raden Ratna Pangeling
80. R.Mas Kusumah
81. R.Mas Kususmah
82. Bagus Kalintu
83. Saca Kiria
84. Syekh Bagus Barid
85. Eyang Mantri Dilaya
86. Danu Wangsa
87. Embah Datar Ranca Bungur
88. Abdul Pangeling-ngeling
89. Syekh Sata Taruna
90. Syekh Ulun
Keterangan mengenai larangan atau yang lebih dikenal hari naan (apes) yang bertepatan pada hari sabtu. Menurut cerita turun temurun bahwa pada jaman kejayaan organisasi sunan sela cau mereka mengadakan pertempuran dalam satu minggu ada dua hari yaitu: malam sabtu dan hari yang satunya lagi dirahasiakan sampai sekarang, dan pada sabtu siangnya digunakan untuk pertemuan pengajian-pengajian khusus urusan agam islam, sebagian besar ahli sunan sela cau menjalankan torekah yang berbeda0beda dalam amaliah pengamalan dan pelaksanaan ibadahnya diantaranya: Torikot Naksabandiyah,
Torikot kodariah, dan tijaniah,dan ada juga yang melaksanakan Torikot Satariah. Tapi dengan adanya perbedaan dalam pengamalan maka beliau selalu mengkoordinasikan silih asah dan silih asuh pikaheman dan saling mengisi kekosongan masing-masing, dalam amaliah ada yang memperbanyak sholawat ada yang memperbanyak pembacaan al ikhlas, ada yang memperbanyak tasbih,tahlil dan tahmid, dan ada juga memperbanyak dzikir dan pengamalan lainnya. Dengan adanya prbedaan itu dijadikan pangkalan kekayaan dan sumber amaliah masing-masing. Dan pada hari selasa di khususkan dengan kemajuan dan pembenahan organisasi agar semakin maju dan tetap di isi dengan kegiatan keagamaan tetapi tidak banyak dengan pengamalan yang dilaksanakan pada malam sabtu danhari sabtu. Maka dengan tidak adanya hari, sabtu itu sebagai pengunjung yang datang dari Ciamis, Sumedang, Garut dan sekitarnya mengatakan karena hari sabtu dan selasa yang akan dikunjungitidak ada, oleh karena itu maka keluarlah pribahasa pada hari itu hari naas (Apes) untuk berangkat ke sela cau. Tetapi hari selasa itu oleh mereka tidak terlalu dianggap hari naas (apes) karena tidak semua anggota sela cau pergi kecuali malam dan hari sabtu. Maka yang dikenal masyarakat hari naan (Apes) yaitu hari sabtu. Begitulah asal mula hari larangan sela cau, padahal pada dasarnya tidak ada hari yang naas (apes). Begitulah ceritanya.
KETERKAITAN SELA CAU DENGAN YAYASAN R.D NURUL BAES
Kenapa sela cau ada keterkaitan dengan yayasan nurul beas tersebut? Karena menurut sebagian riwayar orang tuanya yang termasuk keturunan selacau, atau ramalan yang meralamalkan dan memperkirakan, walaupun pada dasarnya tidak ada satu makluk yang tau tetapi ini menurut cerita, legenda dan ramalan. Bahwa tanda-tanda bangkitnya perjuangan sela cau apa bila ditanah garudangupuk sudah tanda ada mulculnya pembangunan sibul sari’at kemakmuran yang ditinggalkan sunan sela cau yang mencakup dari kejayaan alam yaitu: sektor pertambangan dan mulianya sarana pembangunan pemerintah yang akan menjadi dasar sentral pereekonomian selacau dan sekitarnya. Menurut cerita orang tua pada jaman dahulu meramalkan bahwa, pada akhir jaman sela cau akan menjadi wilayah yang sangat maju yang didukung dari semua sektor roda.
Perekonomian, kebudayaan,pertambangan, pemerintahan, pertanian dan pembangunan lainnya. Inilah yang terjadi dasar kami ingin membangkitkan sejarah sela cau karena sebagian umat islam diharuskan untuk berprasangka baik semoga dengan adanya ramalan orang tua jaman dulu dapat diambil positifnya agar senan tiasa keturunan dan orang-orang yang ada di sekitarnya menambah semangat dalam membangkitkan perjuangan untuk menata kehidupan urusan dunia terutama urusan akhirat.
Dengan memunculkan sedikit ramalan orang tua dahulu semoga menjadi bahan adanya semangat baru terutama dalam Ridho Allah SWT., dalam memperjuangkan dan menata kehidupan sehari-hari yaitu: Berbangsa dan Bernegara.
Makanan Yang Pantang Oleh Keturunan Sunan Sela Cau
- Buah Pisang Geulis
- Buah Pisang Susu
- Emes/Bulustruk Sayur
- Daging Burung Tekukur
- Daging Burung Toed
- Pala Ayam
- Buah Baligo Sejenis Waluh
- Membakar Ujung Daun Kelapa
- Daging Mencek
- Daging Burung Gagak
Kenapa makanan yang tertera diatas tidak boleh dimakan oleh keturunan sunan sela cau?. Karena macam-macam makanan yang tertera diatas itu dipakai alat perang untuk perjuangan Syariat islam. Maka pantanglah keturunan sela cau untuk memakannya katakan dia akan sakit.